TUJUAN WISATA :
HARI PERTAMA
- BRASTAGI
- HUTA SIALAGAN
- TUK-TUK SIANDONG
HARI KEDUA
- MUSEUM SIDABUTAR
- MAKAM SIDABUTAR
- TARI SIGALE-GALE
HARI KETIGA
- MASJID RAYA MEDAN
- ISTANA MAIMUN
- MUSEUM TJONG AFIE
Harga Nego Rp. 999.000
(exc. tiket pesawat)
( Mr. Wachid : 081 259 020 878 / 0856 345 2676 )
Pin BB : 286A6AE4 / e-mail : pt.newfortunetour@yahoo.com
|
DATARAN TINGGI BRASTAGI |
Berastagi merupakan objek wisata di dataran tinggi Karo. Berastagi berjarak sekitar 66 kilometer dari Kota Medan. Berastagi diapit oleh 2 gunung berapi aktif yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung. Aktivitas ekonomi di Berastagi terpusat pada pasar sayur dan
buah-buahan segar, disini anda dapat berbelanja dipasar buah brastagi dengan harga yang relatif murah. selain itu terdapat bukit Gundaling yaitu Salah satu dari beberapa objek wisata yang melengkapi keindahan kota
Berastagi Bukit yang berjarak sekitar 3
kilometer dari pusat kota Berastagi ini, berada diketinggian sekitar
1.575 meter dari permukaan laut. Bukit tersebut menjadi salah satu
tujuan bagi wisatawan yang mengunjungi Berastagi.Bukit tersebut banyak ditumbuhi oleh Pohon-pohon Pinus dan terlihat
indah bila dilihat dari bawah kota Berastagi. Apalagi ketika berada
dipuncaknya, sudah pasti pemandangan indah serta udara yang segar
langsung menjadi suguhan pertama bagi wisatawan.
|
HUTA SIALLAGAN |
Huta atau Kampung Siallagan terletak di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Pulau Samosir. Luas Huta Siallagan sekira 2.400 m² dikelilingi tembok batu tersusun rapi setinggi 1,5 hingga 2 meter. Dulunya
tembok tersebut dilengkapi bambu dan benteng ini berfungsi untuk
menjaga perkampungan dari gangguan binatang buas maupun serangan suku
lain. Perkampungan ini dibangun pada masa raja huta pertama yaitu Raja Laga
Siallagan. Kemudian diwariskan kepada Raja Hendrik Siallagan dan
seterusnya hingga keturunan Raja Ompu Batu Ginjang Siallagan. Huta
Siallagan sejak dahulu dihuni marga Siallagan, yaitu turunan Raja
Naiambaton garis keturunan dari Raja Isumbaon anak kedua Raja Batak.
Keturunan Raja Siallagan sekarang masih berdiam di seputaran Desa
Ambarita dan beberapa makam keturunannya pun bisa ditemukan di tempat
ini. Saat Anda memasuki Huta Siallagan maka nampak tidak banyak berbeda
dengan umumnya kampung lain di Tanah Batak, yaitu terdiri atas deretan ruma bolon dan sopo.
Yang istimewa di sini adalah adanya deretan batu-batu berbentuk kursi
tersusun melingkari meja batu. Rangkaian batu tersebut dinamakan Batu
Parsidangan dan letaknya persis di tengah perkampungan di bawah pohon
hariara yang akarnya melilit ke mana-mana. Pohon suci masyarakat Batak
tersebut memang biasanya ditanam di perkampungan suku Batak. Batu Persidangan tersebut ada di 2 lokasi dimana yang pertama berfungsi
sebagai tempat rapat dan yang kedua untuk eksekusi. Batu sidang pertama
tertata rapi melingkar di bawah pohon dan berfungsi sebagai tempat
rapat. Rangkaian batu kursinya meliputi kursi untuk raja dan permaisuri,
kursi para tetua adat, kursi raja untuk huta tetangga dan undangan,
serta kursi untuk datu (pemilik ilmu kebathinan). Rangkaian batu kedua
tidak jauh berbeda dengan yang pertama hanya saja dilengkapi sebuah
batu besar memanjang untuk membaringkan musuh atau terdakwa lalu
kepalanya akan dipenggal di batu cekung tersebut. Dinamakan Batu Parsidangan karena memang fungsinya untuk
mengadili penjahat atau pelanggar hukum adat (kasus pembunuhan,
pencurian, pemerkosaan, dan lainnya) atau juga untuk musuh politik dari
sang raja. Apabila bersalah maka terdakwa akan akan dibawa ke belakang kampung
untuk dieksekusi di rangkaian batu sidang kedua. Tubuhnya akan dibedah
kemudian dipancung. Menurut penuturan masyarakat setempat, dahulu tubuh
terdakwa akan disayat hingga darah keluar bila perlu ditetesi tetesan
jeruk nipis sebelum dipenggal apabila si terdakwa memiliki ilmu kebal.
Ada cerita bahwa potongan tubuh terdakwa itu akan dibagikan untuk
dimakan beramai-ramai dan Raja Siallagan bila sangat membenci terdakwa
tersebut maka akan memakan jantungnya. Bagian kepala terdakwa akan
dibungkus dan dikubur di tempat yang jauh dari Huta Siallagan. Darahnya
akan ditampung dengan cawan untuk dijadikan minuman pencuci mulut serta
potongan tubuh dan tulangnya dibuang ke Danau Toba. Sang Raja biasanya
akan memerintahkan agar masyarakat tidak menyentuh air danau selama satu
hingga dua minggu karena air danau dianggap masih berisi roh jahat.
|
TUKTUK SIANDONG |
Desa Tuktuk Siadong berlokasi di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir,
Provinsi Sumatera Utara. Semenanjung kecil ini terletak diantara Desa
Tomok dan Desa Ambarita. Desa Tuktuk sangat indah dan tenang
suasananya cocok untuk piknik bersama keluarga atau untuk berbulan madu.
Di sini riak air danau yang tenang berharmoni dengan padang rumput atau
kerbau yang sedang membajak sawah. Hutan menghijau dan kampung adat
tradisional Batak melahirkan impresi dan nuansa tersendiri untuk
menyempurnakan liburan Anda. Tuktuk Siadong berada di daerah tanjung peninsula yang menjadi kawasan wisata (central tourism district). Pengunjung menikmati wisata bahari di sini seperti berenang, menyelam, berlayar, canoe, memancing, dan lainnya. Di kawasan ini juga dipenuhi akomodasi, restoran, serta industri kreatif terutama ukiran. Danau Toba sendiri menjadi reservoir air
tawar terbesar di Asia Tenggara dengan pegunungan tropis membentang
sekira 1.100 km dengan kedalaman maksimum sekira 450 meter. Danau ini
berada di puncak vulkanik tua sekira 905 meter di atas permukaan air
laut. Ada 7 kabupaten mengelilingi Danau Toba, yaitu Simalungun, Toba
Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir.
Yang terakhir terkenal memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi
tujuan wisata terutama Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau
Samosir.
|
MUSEUM BATAK DI TOMOK |
Museum
ini berarsitektur Ruma Bolon, sebuah rumah tradisional tempat tinggal khas
Batak. Bangunan museum ini memiliki ornamen yang khas. Pada dinding bangunan
didominasi ukiran-ukiran berwarna merah, hitam, dan putih. Ketiga warna ini
merupakan warna simbol spiritual orang Batak. Selain itu, pada dinding bangunan
terdapat ukiran cicak dan empat buah payudara. Menurut kepercayaan masyarakat
Batak, cicak bermakna sebagai perlindungan serta pesan kepada masyarakat Batak
bahwasannya masyarakat Batak harus bisa berbaur dengan lingkungan di mana
mereka bermukim. Sedangkan empat payudara diyakini oleh masyarakat Batak sebagai
simbol seorang ibu atau tanah kelahirannya. Sehingga, makna filosofis
sesungguhnya dari ukiran cicak dan empat buah payudara itu adalah kelak bila
orang Batak bepergian merantau kemana saja, hendaknya selalu ingat kepada
kampung halamannya. Museum
yang didirikan pada tahun 2005 ini, memiliki beberapa koleksi benda peninggalan
sejarah Batak yang mengandung nilai historis tinggi. Beberapa diantara
benda-benda tersebut adalah peralatan perang seperti pedang maupun senapan
laras panjang. Kemudian terdapat juga beberapa benda-benda pertanian
tradisional yang digunakan pada masa dahulu sebagai mata pencaharian masyarakat
Batak, serta beberapa perlengkapan dapur. Selain
itu juga terdapat juga beberapa koleksi budaya etnis Batak seperti beberapa
patung berbahan kayu, serta beberapa kain tenun ulos yang memiliki
bermacam-macam motif. Semua koleksi tersebut merupakan koleksi yang cukup unik
untuk dilihat, apalagi koleksi-koleksi tersebut berasal dari sejarah-sejarah
etnis Batak di masa lampau. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah koleksi buku
aksara Batak (buku lak-lak).
|
MAKAM RAJA SIDABUTAR |
Salah
satu peninggalan zaman megalitik yang cukup terkenal di Pulau Samosir adalah
Makam Raja Sidabutar. Makam
yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan ini dipahat untuk tempat
peristirahatan Raja Sidabutar, penguasa kawasan Tomok pada masa itu. Walaupun
bergelar raja, namun sebenarnya kekuasaannya setara dengan kepala adat atau
kepala desa. Berdasarkan sejarah, Sidabutar merupakan orang pertama yang
menginjakkan kakinya di Pulau Samosir. Kuburan yang sudah berumur 469 tahun
itu, merupakan kubur batu (sarkofagus). Pada batu itu, selain dipahatkan wajah
sang raja, juga dipahatkan wajah permaisurinya yang bernama Boru Damanik. Di
kompleks itu, terdapat pula ukiran lelaki yang duduk di bawah pahatan kepala
raja, yaitu Panglima Guru Saung Lang Meraji. Lelaki yang berasal dari daerah
Pakpak Dairi tersebut, konon adalah penasih raja sekaligus panglima perang yang
sangat dipercaya. Sedangkan, kedua patung gajah yang diletakkan di sebelah kiri
dan kanan kuburan batu Raja Sidabutar mempunyai kisah tersendiri. Dikisahkan
bahwa Raja Sidabutar adalah raja sakti yang kekuatannya terhubung dengan
rambutnya yang panjang dan gimbal. Apabila dipotong maka raja akan kehilangan
kesaktiannya. Lambang gajah yang mengapit dasar makam tersebut mewakili kisah
tentang mahar yang ia bayarkan saat meminang Boru Damanik. Ketika itu, Raja
Sidabutar memerintahkan Guru Saung Lang Meraji mencari mahar berupa gajah,
hewan yang sulit didapat ke daerah yang ada gajahnya yaitu Lampung atau Aceh.
Akhirnya, dengan kesaktian yang dimilikinya, Guru Saung Lang Meraji mampu
menjinakkan kedua gajah di Aceh, dan dibawa pulang untuk dihadapkan kepada Raja
Sidabutar. Kompleks
makam berisi tiga kuburan raja beserta beberapa kuburan kerabatnya. Raja yang
pertama dan raja yang kedua belum memeluk agama samawi namun masih menganut
aliran kepercayaan setempat yang biasa disebut Parmalim. Sedangkan untuk raja yang ketiga, yang bernama Solompoan
Sidabutar sudah menganut agama Kristen yang dibawa oleh Nomensen, seorang
misionaris asal Jerman pada tahun 1881 ke Tanah Batak. Perbedaan aliran yang
dianut oleh raja-raja, ditandai dengan kain yang diletakkan di atas makam, dan
ornamen salib yang menghiasi makam raja ketiga. Sebelum
memasuki pemakaman Raja Sidabutar, pengunjung pertama sekali diwajibkan
mengenakan ulos yang sudah disediakan penjaga makam tepat di depan pintu masuk
kompleks makam. Ketentuan ini telah berlaku semenjak Raja Sidabutar wafat pada
tahun 1544. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bila hal ini dilanggar
maka pengunjung yang melanggar tersebut akan didatangi oleh Raja Sidabutar
lewat mimpi. Ulos tersebut sebagai simbol untuk menjaga kesopanan. Ulos yang
digunakan pengunjung pria berbeda dengan ulos yang digunakan oleh pengunjung
perempuan. Di belakang makam tersebut juga terdapat patung batu yang
menggambarkan perkumpulan masyarakat Batak. Dahulunya patung tersebut digunakan
para leluhur untuk memohon agar diturunkan hujan.Kompleks
kuburan tua Raja Sidabutar hingga kini masih terawat dengan baik, dan hampir
tiap hari terdapat beberapa pengunjung yang singgah di makam tersebut.
|
TARI SIGALE GALE |
Tarian Sigale-gale khas suku Batak samosir ini, menjadi salah satu
objek wisata paling banyak diminati oleh wisatawan. Sebuah tarian indah
mengikuti irama alunan nada yang tercipta dari alat musik khas suku
Batak bernama Gondang. Sungguh hal ini menjadi salah satu bagian wisata
yang menawarkan sebuah pesona dan daya tarik di Desa Tomok.Terdapat sebuah sejarah yang menceritakan bagaimana awal diadakannya
Tarian Sigale-gale tersebut. Menurut penuturan beberapa penduduk
setempat dan cerita dari orang-orang yang pernah mengunjungi dan
menyaksikan keindahan Tarian Sigale-gale, ada beberapa versi cerita
berbeda yang menerangkan awal terciptanya tarian tersebut.salah satu versi menceritakan, bahwasanya pada jaman dahulu terdapat
seorang anak raja yang bernama Manggale yang hilang dan tidak diketahui
keberadaannya setelah mengikuti sebuah peperangan. Berbagai penuturan
juga menceritakan bahwa putra sang raja tersebut dikabarkan tewas ketika
berperang.Hal ini membuat sang raja menjadi terpuruk dalam kesedihan dan
menyebabkannya jatuh sakit. Melihat kondisi kesehatan raja yang terus
memburuk, pada akhirnya para penasehat sepakat memberikan saran kepada
sang raja untuk membuat sebuah pahatan kayu berwujud manusia dan
menyerupai putranya yang bernama Manggale tersebut. Dalam cerita ini juga menjelaskan, adanya sebuah upacara ritual,
dilakukan guna memanggil arwah sang putra yang dimasukkan kedalam patung
tersebut agar dapat menari guna menghibur sang raja. Bila dilihat dari sisi lain, patung kayu yang bernama Sigale-gale
ini, merupakan sosok penari utama dalam kegiatan tarian khas Batak
tersebut. Hal inilah yang menjadi keunikan tersendiri Tarian Sigale-gale
dan menyebabkan tarian ini begitu mempesona dan banyak disukai oleh
wisatawan. Pasalnya sosok penari utama tersebut ikut menari bersama penari
pengiring lain yang berasal dari masyarakat setempat. Patung tersebut
ternyata dapat bergerak-gerak dan mengikuti irama musik yang dimainkan
oleh masyarakat suku Batak.Namun, anda jangan berpikiran bahwa patung Sigale-gale tersebut
bergerak dengan sendirinya ya? Nah, patung Sigale-gale ini dapat
bergerak dan seolah-olah ikut menari, karena digerakkan oleh seseorang
dengan menggunakan tali yang dihubungkan pada patung kayu tersebut.
|
MASJID RAYA MEDAN |
Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun merupakan identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar
bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan
tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara,
pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian
bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur
Timur Tengah, India dan Eropa abad 18. Merupakan salah satu
peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9
Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun
sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi,
dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada
hari Jum’at 25 Sya’ban 1329 H ( 10 September 1909). Masjid Raya Al-Mashun Medan, banyak dikagumi karena bentuknya yang unik
tidak seperti bangunan masjid biasa yang umumnya berbentuk segi empat.
Masjid ini, dirancang berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi
utama - di depan, belakang, dan samping kiri kanan, yang sekaligus
menjadi pintu utama masuk ke masjid. Antara serambi yang satu
dengan lainnya dihubungkan oleh selasar kecil, sehingga melindungi
bangunan/ruang utama dari luar. Di bagian dalam masjid ini, ditopang
oleh 8 buah pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi dan
langsung menjadi penyangga kubah utama pada bagian tengah. Sedangkan 4
kubah lainnya berada di atas ke empat serambi selain ditambah dengan 2
buah menara di kiri-kanan belakang masjidKecuali itu, mimbar, keempat
pintu utama dan 8 buah jendela serambi terbuat dari ukiran kayu jenis
merbau bergaya seni tinggi - terbukti hingga kini masih tetap utuh.
Belum lagi dengan ukiran dan hiasan ornamen khas Melayu Deli pada setiap
sudut bangunan, yang serta merta melahirkan nilai-nilai sakral religius
yang teramat dalam bagi tiap orang yang memasukinya.
|
ISTANA MAIMUN |
Istana Maimun, terkadang disebut juga
Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini
didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan
istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun
al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan
Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.
Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh
para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana
ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya,
pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta
perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam
setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar
keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan
mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).
Bagi para pengunjung yang datang ke
istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang
pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga
Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat meriam
buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam
ini dengan sebutan meriam puntung.
Kisah meriam puntung ini punya kaitan
dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang
putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian,
karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara
laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika,
datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak
oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan
Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara
Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi
keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak
membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke
arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya
ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe.
Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian
dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
|
MUSEUM TJONG A FIE |
Tjong A Fie, siapa yang tidak mengenal beliau ?
Sebahagian besar masyarakat Kota Medan pasti sudah mengetahui seorang
pengusaha yang dikenal hartawan dan dermawan tersebut. Bahkan namanya
pun sangat tersohor di Pulau Sumatera dan Negara Malaysia. Tjong A Fie (1860 – 1921) adalah seorang pengusaha besar asal
Guangdong, China yang memiliki usaha di sektor perkebunan yang
berkembang pesat di Sumatera Utara maupun di Pulau Sumatera. Beliau
terlahir dari keluarga yang sangat sederhana di negerinya. Berbekal semangatnya yang kala itu masih berusia belasan tahun,
beliau merantau ke Indonesia dengan status sebagai imigran dan menetap
di Kota Medan pada tahun 1875 bersama kakaknya yang bernama Tjong Yong
Hian yang pada saat itu merupakan pemimpin etnis Tionghoa di Kota Medan. Ketika kakaknya wafat pada tahun 1911, Tjong A Fie diangkat menjadi
pemimpin Komunitas Etnis Tionghoa menggantikan kakaknya. Beliau juga
dikenal sangat pandai dalam bergaul, sehingga beliau mempunyai teman dan
relasi yang cukup banyak dari berbagai etnis di kota Medan seperti
etnis Jawa, Batak, Minang maupun etnis India. Beliau juga cakap dalam
menyelesaikan masalah sengketa yang terjadi pada etnis Tionghoa,
sehingga beliau terkenal bijaksana dan sosiawan. Tak hanya dari kalangan biasa saja, beliau bahkan sangat dekat dengan
pejabat seperti beberapa pejabat pemerintah Hindia Belanda dan Sultan
Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah IX yang merupakan Raja Melayu Deli
yang berkuasa pada masa itu. Tjong A Fie juga dikenal sangat dermawan, beberapa kali beliau
membantu pembangunan tempat-tempat umum seperti sekolah, Rumah Sakit,
Vihara, Masjid, Gereja dan tempat-tempat umum lainnya di Kota Medan demi
digunakan untuk kepentingan bersama. Hingga akhir hayatnya beliau memberikan sebuah wasiat yang berisi
bahwa seluruh harta kekayaan yang dimilikinya harus digunakan untuk
mendirikan Yayasan Toen Moek Tong yang membantu pendidikan para pemuda
yang kurang mampu, membantu fakir miskin dan korban bencana alam tanpa
membedakan-bedakan kebangsaan mereka. Itulah sejarah singkat perjalanan
seorang tokoh legendaris yang bernama Tjong A Fie.Salah satu peninggalan Tjong A Fie adalah tempat tinggalnya yang
disebut Mansion (Rumah Besar) yang mulai dibangun pada tahun 1900 dan
memakan waktu 5 tahun untuk pembangunannya. Rumah ini ditempati oleh
keluarga Tjong A Fie bersama istri ke tiganya yang bernama Lim Koei Yap. Rumah yang terdiri dari 2 lantai ini terletak di Jln. Ahmad Yani,
Kelurahan Kesawan, Kota Medan. Arsitektur rumah yang memadukan 3 unsur
budaya seperti Tionghoa, Eropa dan Melayu tersebut ternyata menghabiskan
biaya sekitar 50.000 Golden, mata uang Belanda yang digunakan pada saat
itu.Hingga kini rumah tersebut masih ditempati oleh seorang cucunya yang
bernama Fon Prawira dan keluarganya. Fon Prawira adalah cucu dari
anaknya yang ke empat yang bernama Ching Kweet Leong. Rumah tersebut
kini menjadi Museum dan telah dibuka bagi masyarakat pada tanggal 18
Juni 2009 bertepatan dengan peringatan 150 tahun Tjong A Fie.
|
BIKA AMBON |
Meskipun memakai nama Ambon, kue Bika Ambon aslinya berasal dari Medan.
Kue berwarna kuning dengan tekstur berserat dan berlubang ini sudah
cukup lama menjadi pilihan oleh-oleh favorit wisatawan yang berkunjung
ke Medan. Selain rasa original, kue Bika Ambon juga memiliki beberapa
rasa lainnya seperti rasa pandan, mocca, dan keju. Ada banyak penjual
kue bika Ambon di Medan, salah satu yang paling terkenal adalah Bika Ambon Zulaikha di Jalan Mojopahit No. 62.
Harga Bika Ambon ukuran besar antara Rp 60 - 70 ribu dan ukuran kecil
antara Rp 35 - 43 ribu dengan daya tahan hingga empat hari.
|
UCOK DURIAN MEDAN |
Oleh-oleh khas Medan yang wajib dibawa adalah Durian Medan. Sejak
banyaknya wisatawan yang menggunakan pesawat, banyak yang kesulitan
membawa oleh-oleh durian karena dilarang oleh perusahaan penerbangan.
Untuk menyiasatinya, para pedagang durian menjual durian yang sudah
dikupas dan dikemas dengan rapih sehingga aroma durian yang menyengat
tidak tercium lagi. Durian kupas ini bisa dibawa langsung atau dikirim
melalui paket. Salah satu kios penjual durian yang terkenal di Medan
adalah Durian Ucok yang berlokasi di Jl. Iskandar Muda dan Jl Wahid Hasyim.
Harga durian yang dijual berkisar antara Rp 20 - 40 ribu per buah. Ada
juga durian dalam paket kemasan yang bisa tahan hingga dua minggu yang
dibanderol mulai dari Rp 125 - 400 ribu.
* Everyone Can Enjoy The Trully Holiday *
Setiap Orang Bisa Menikmati Liburan Sebenarnya Bersama New Fortune Tour
Alamat Office : Jl. Malang No. 155 Kandangan, Ds. Kandangan Kec. Kandangan
Kab. Kediri - Jawa Timur - Kode Pos : 64294
Telp : 0354 327739 - Fax : 0354 327739